Maaf, Aku Lakukan Pelanggaran


Maaf, Aku Kembali Lakukan Pelanggaran

Sudah hampir lima bulan aku menunggumu pulang.
Menunggumu memilihku untuk menjadi tempatmu pulang.

Sudah cukup lama bagiku untuk tetap di sini,
menanti salam darimu,
salam hangat yang menyambut rasaku padamu.

Aku setia menunggumu, say...
Menunggumu mengucap satu dua kata yang mewakili rasamu padaku.

Ada yang belum tersampaikan,
betapa aku merindukanmu di setiap jengkal masa.

Ada yang tidak mungkin tersampaikan,
betapa aku menyayangimu,
hingga hati ini tak kunjung berhenti mendoakanmu.

Ada yang tidak bisa disampaikan,
aku sangat mencintaimu, say...

Begitu banyak hal yang tidak sanggup aku sampaikan.
Haruskah aku berhenti sampai di sini?
Apakah kini saatnya aku berhenti menunggumu pulang?

Beberapa waktu yang lalu, aku berjanji padamu untuk menjauh darimu.
Bukan selama musim hujan atau musim kemarau,
tetapi untuk sepanjang musim dan sepanjang waktu.
Aku menyatakan hal itu...

Kenyataannya adalah, kebenaran atas apa yang dari dulu hingga kini:
aku tak akan pernah bisa menepati janjiku,
memegang kata-kataku,
dimana aku akan menjauhimu.

Akhirnya aku melanggar janji...
Aku kembali hadir,
aku kembali menggoreskan isi hatiku,
aku masih merasaimu.
Aku mengaku salah!
Aku mengaku kalah!

Tidak ada suara...
Tiada senyuman...
Kamu masih kokoh tak bereaksi.
Apakah kematian yang akan menjadi bahasa di awal paragraf percakapan kita nanti say?



Komentar